Eem nama panggilannya. Nama itu ternyata singkatan dari Edi Mulyono.
Mungkin juga sudah banyak orang yang lupa atau tidak tahu nama aslinya tersebut, karena yang lebih dikenal dikalangan teman-teman pelaku pariwisata di Pangandaran dan wisatawan adalah Eem.
Hidup di pantai sejak kecil, menjadikan Mas Eem begitu akrab dengan kehidupan bahari. Sehari-harinya Mas Eem memberikan layanan keliling perairan seputar wana wisata pananjung, sekaligus juga memandu wisatawan yang menginginkan untuk snorkle. Soal peralatan, Mas Eem dan crewnya sudah menyiapkannya.
Bertemu dengan Mas Eem beberapa tahun yang lalu merupakan ketidaksengajaan. Kala itu waktu bersama teman dan keluarga touring ke Pangandaran dengan hanya berbekal sedikit informasi, kami melepas lelah di Pangandaran timur setelah sampai. Datanglah mendekati kami seorang pelaku wisata, yang kemudian kami mengetahuinya namanya Mas Eem. Dia menawarkan kami untuk snorkling. Waktu itu memang tidak terbayang bagi kami untuk snorkle di Pangandaran. Dari Jogja kami hanya ingin menikmati pengalaman touring dan menikmati keindahan serta suasana kehidupan pantai di Pangandaran dan sekitarnya, termasuk Green Canyon. Kami memilih menginap di Pangandaran untuk menikmati suasana keseharian di pantai, termasuk kehidupan malam beserta kulinernya.
Setelah mendapatkan penginapan, kami baru memikirkan tawaran snorklenya Mas Eem. Terjadilah tawar menawar harga dan akhirnya kami pun dapat menikmati snorkle dipandu Mas Eem dan temannya. Sungguh pengalaman yang mengesankan bagi kami yang baru pertama kali menikmati snorkle saat itu. Sebagai bonus, kami juga dipandu wisata di salah satu pantai pasir putih di wana wisata Pananjung Pangandaran, masuk melalui jalur lautnya.
Waktu berjalan dan ternyata tulisan yang saya posting di blog menjadi jalan bagi kami untuk terus berkomunikasi. Beberapa kliennya ternyata mendapatkan informasi tentang Mas Eem ini melalui blog yang saya tulis. Persahabatan kian terjalin. Namun baru akhir tahun kemarin (2013) kami bisa bersua lagi.
Perjalanan kali ini saya lakukan dari Depok Jawa Barat, bukan dari Jogja lagi. Perkiraan waktu tempuh ternyata berlipat-lipat dari 8 jam menjadi sekitar 12 jam. Hal ini terutama dikarenakan jalanan yang begitu hancurnya. Kami mencoba jalur selatan, dari Tasikmalaya – Salopa – Cikatomas – Cijulang – Pangandaran. Jalur dari Cikatomas sampai Pangandaran jalur jalanan benar-benar rusak parah. Cukup mengherankan bahwa lokasi yang memiliki tempat wisata begitu terkenal tersebut namun jalannya hanya bisa ditempuh dengan kecepatan maksimal 30-40km/jam karena kerusakannya. Karena alasan ini pulalah maka wisata ke Green Canyon, Cijulang kami batalkan. Sisa waktu kami nikmati hanya di seputaran Pantai Pangandaran.
Yang cukup mengasyikkan dalam wisata kali ini adalah hampir semua sarana yang kami nikmati tersedia atas bantuan Mas Eem ini. Mungkin bisa dibilang One Stop Tour ha..ha..ha.. Penginapan, makan malam, dipandu berkeliling sambil menikmati sunset, berkeliling perairan sekaligus snorkling bahkan waktu tiba di kawasan Pangandaran Mas Eem juga bersedia menjemput kami untuk diantar ke penginapan yang telah dia carikan untuk kami.
Berbeda dengan menggunakan layanan paket wisata dari biro-biro wisata yang lumayan mahal untuk satu paketnya, meskipun hampir semua diusahakan oleh Mas Eem, namun kami tetap mendapatkan harga yang minimal. Sungguh Terima Kasih yang besar kami haturkan kepada Mas Eem.
Mungkin teman-teman kurang percaya jika saat itu biaya yang kami keluarkan kurang dari 200 ribu per orangnya, tapi itulah yang kami keluarkan ketika wisata ke Pangandaran kemarin. Biaya tersebut sudah termasuk: Snorkle, penginapan, makan selama perjalanan dan di lokasi dan biaya sewa sepeda tandem untuk keliling pantai menikmati pagi hari. Kami menikmati acara itu selama 2 hari satu malam.
Yang juga spesial diberikan oleh Mas Eem adalah makan malam dengan sea food dan nasi liwet buatan sendiri dan mengatur tempat di ujung dermaga wisata, diatas deburan ombak Pangandaran timur, bukan di warung makan di pinggir pantai.
Penginapan yang kami dapatkan, tepatnya yang dicarikan oleh Mas Eem pun tepat dipinggir pantai timur Pangandaran, dekat dengan mercusuar. Penginapan yang sederhana namun cukup nyaman bagi kami. Memiliki balkon yang lapang untuk menikmati suasana malam di pantai timur pangandaran dan sekaligus sunrise tanpa harus turun ke pantai berdesakan dikeramaian dengan pengunjung lainnya, cukup dengan duduk di balkon yang langsung menghadap ke pantai. Untuk ke pantai pun kami cukup menyeberang jalan yang berada di sepanjang pinggir pantai.
Berbincang dengan Mas Eem sungguh menarik. Saat menikmati makan malam dengan peralatan sederhana, hanya diterangi lampu senter diujung dermaga, dengan deburan ombak sebagai latar belakang suara, dan pendaran lampu di bagan-bagan tempat mencari ikan ditengah laut, juga di sepanjang garis pantai timur Pangandaran, banyak hal yang Mas Eem ceritakan. Tentang kehidupan nelayan, tentang pariwisata dewasa ini di Pangandaran, tentang pemekaran Ciamis menjadi beberapa kabupaten baru termasuk kabupaten Pangandaran, dan juga tentang keseharian di pelelangan ikan Pangandaran.
Mas Eem memang sejak kecil hidup di pantai, meskipun aslinya dari jawa. Oleh karena itu juga nama jawanya masih ada, yaitu Mulyono. Tambahan Edi adalah pemberian gurunya sewaktu masih sekolah. Menurut apa yang dia ceritakan, hampir semua orang yang hidup dipantai mempunyai nama panggilan khusus yang kebanyakan agak berbeda dari nama aslinya. Dia sendiri mendapat panggilan Eem, yang ternyata singkatan dari namanya Edi Mulyono.
Kehidupan pariwisata di Pangandaran sendiri saat lumayan pesat, meskipun beberapa tahun lalu sempat terhempas tsunami. Sekarang deretan pantai barat sudah tertutup dengan bangunan-bangunan warung, sehingga barisan perahu yang bersandar dipasir pantai sudah tertutup. Pelaku wisata sendiri sekarang sudah bergabung dalam kelompok-kelompok wisata. Total ada sekitar 8 kelompok wisata yang menyediakan layanan seperti berkeliling melihat-lihat keindahan Pananjung dari sisi laut, maupun untuk snorkle. Di pantai timur sendiri mendapat bagian area paling panjang.
Disinilah kelompok Mas Eem menggantungkan nasibnya pada bidang wisata. Namun demikian masih juga ada wahana yang dikelola perorangan. Tentu saja ini bagi mereka yang berkantong tebal. Pembuatan kelompok-kelompok ini terutama untuk mengantisipasi supaya tidak ada persaingan harga sehingga persaingan untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dapat berjalan dengan sehat. Namun demikian masih ada juga yang kucing-kucingan menurunkan harga untuk menggaet para wisatawan.
Menurut pemikiran Mas Eem, kehidupan nelayan memang sudah saatnya dipisahkan dengan pariwisata. Sehingga para wisatawan tidak mengganggu keseharian nelayan dan sebaliknya demikian juga kegiatan nelayan tidak mengganggu kehidupan pariwisata di daerah tersebut. Kehidupan pararakyat ini memang kadang menarik minat para wisatawan, namun demikian memang ada hal-hal tertentu yang memang harus ada batasannya.
Kehidupan nelayan juga lumayan maju, dengan dibentuknya KUD yang menampung ikan-ikan hasil nelayan untuk dilelang. Ketika masuk ke pelelangan, harga ikan ini lebih jauh melambung tinggi daripada dibeli oleh para tengkulak. Setiap orang yang mengikuti lelang harus menjadi anggota dahulu. Hasil yang diperoleh dari para pelelang ini nantinya dipotong sekitar 5% yang digunakan untuk membiayai para petugas lelang dan pengawas pelelangan. Selain itu juga dikumpulkan yang pada akhir masa akan dibagikan lagi sebagai sisa hasil usaha. Memang keuntungan nelayan saat panen bisa jutaan, namun saat paceklik, apa saja yang ada dirumah bisa dijual untuk biaya melaut. Hal seperti ini mungkin hampir mirip dengan para petani di temanggung saat panen raya tembakau.
Pengembangan Pangandaran menjadi kabupaten terpisah dari Ciamis masih ada sedikit keraguan dalam pikiran Mas Eem. Dia menyebut bahwa pembangunan di kabupaten Banjar, yang juga hasil pemekaran Ciamis masih lebih maju dan tertata daripada Pangandaran yang terbentuk sekitar Maret 2013 ini. Hal ini terbukti dengan jalan-jalan yang memang lebih bagus (tentang hal ini memang telah saya buktikan sendiri). Selain itu juga banyak kecamatan yang lebih ingin bergabung dengan kabupaten Banjar daripada dengan Pangandaran. Pemimpin di Banjar memang dari kalangan yang sudah berada sebelum mereka mencalonkan diri menjadi kepala daerah, misalnya pemilik Rumah Sakit dsb, sehingga lebih fokus dalam pengabdian kepada pembangunan daerahnya. Suatu harapan tersirat bahwa para pemimpin Kabupaten Pangandaran ini bisa mencontoh keberhasilan dan kemajuan yang dialami tetangganya, yaitu Banjar.
Berbincang dengan Mas Eem memang sungguh menarik, tidak kalah menariknya dengan layananan total yang dia berikan kepada kami selama di Pangandaran, apalagi dengan keramahan yang benar-benar tulus dari dia. Namun waktu yang singkat ini harus berakhir juga. Masih banyak yang ingin kami obrolkan dengan Mas Eem, terutama tentang keluarga yang ingin kami temui juga untuk sekedar mengucap terima kasih atas kebaikan dari Mas Eem ini, namun pada kesempatan ini belum juga dapat kami lakukan. Semoga dilain kesempatan kita masih bisa bertemu dalam suasana yang lebih membahagiakan lagi.
Mas Eem pun berpesan, bagi teman-teman yang ingin snorkle dia siap memberikan layanan prima, juga seperti yang dia berikan kepada kami, one stop tour. Mas Eem juga siap mencarikan penginapan yang sesuai dengan keinginan, harga dan lokasi, sehingga ketika sudah tiba di Pangandaran ini bisa langsung check-in tanpa harus kebingunan atau dikejar-kejar calo yang memang banyak menunggu pelanggan semenjak masuk gerbang wisata Pangandaran. Mau menu dan suasana makan malam seperti kami, yang lain daripada lainnya… diapun siap.
So… tidak usah khawatir untuk minta tolong Mas Eem, silahkan hubungi 082115818444. Wisata murah, penginapan murah, makan murah, namun tidak kehilangan keunikan dan kehangatannya, dan satu lagi… tawa dan keramahan salah satu pelaku wisata di Pangandaran ini, Mas Eem a.k.a. Edi Mulyono. (ristsaint-2014)
ConversionConversion EmoticonEmoticon