Magelang, mungkin
orang lebih mengenalnya sebagai kawah candradimuka bagi para perwira TNI
angkatan darat. Ya, di kota kecil diutara Jogja ini terdapat Akademi Militer di
bukit Tidar, bukit yang terletak ditengah kota Magelang. Beberapa tahun
terakhir kotamadya Magelang memang sedang berbenah membangun kotanya. Kawasan
kawasan pendukung wisata sudah mulai dibangun. Salahsatunya ARTOS yang menjadi pusat
perbelanjaan modern di Magelang. Mall yang bernaung dibawah grup New Armada,
salah satu karoseri besar di Indonesia yang juga terletak di Magelang ini
memberi nafas kehidupan siang dan malam tersendiri bagi kota Magelang.
Saat saya masih
diluar Jogja, tiap pulang ke Jogja pasti saya meluangkan waktu untuk bermain
menikmati suasana malam di Magelang. Bukan gebyar yang menarik hati, namun ketenangan
dan suasana hangat akrabnya dalam kesejukan udara Magelang yang membuat selalu
ingin kembali dan kembali. Siang hari memang Magelang bagi saya kurang begitu
menarik. Hal inilah yang seringkali membuat saya lebih sering main ke Magelang
saat petang sampai malam hari.
Satu hal lain
yang membuat rindu adalah kuliner di Magelang, Jagung Bakar, ayam bakar dan goreng,
bakmi godok, tahu kupat, sop senerek, angkringan dan lain-lain tersaji dengan
harga yang sangat bersahabat. Salat satu tempat malam hari yang digunakan
sebagai pusat kuliner adalah alun-alun Magelang.
Alun-alun dengan ciri khas
Patung Pangeran Diponegoro yang mengendarai kuda di sisi timur dan water tower
besar yang berada di pojok barat laut ini setiap malam ramai didatangi warga magelang
dan sekitarnya untuk sekedar hangout
atau menikmati kuliner. Banyak penjual dan penyewaan mainan anak-anak yang
menambah semaraknya malam di alun-alun Magelang, terutama pada malam minggu.
Tapi jangan takut dengan kenyamanannya, ketenangan disini masih bisa dinikmati,
karena keramaiannya jauh dengan acara Jakarta Fair tentunya J.
Lalulintas disepanjang
jalan yang melingkari alun alun jauh dari kata padat, apalagi jika dibandingkan
dengan lalulintas di Jabodetabek, menambah suasana nyaman malam di alun-alun
Magelang. Kuliner disini dinamai “Tuin Van Java”. Tuin Van Java sendiri
bermakna tamannya Pulau Jawa, sehingga dahulu kala kota ini menjadi tempat
peristirahatan para menir-menir Belanda. Bagian selatan dari alun-alun
dikhususkan bagi para pedagang angkringan. Bagian utara untuk makanan-makanan
berat semisal bakso, sop, nasigoreng, bakmi, ayam dan lain-lain. Jagung bakar
menjadi menu utama yang membuat rindu untuk hangout di alun-alun Magelang malam
hari. Jagung bakar berada di pojok timur laut alun-alun ini, berdampingan
dengan ayam bakar madu.
Ukuran jumbo dan rasa aslinya yang memang lebih manis,
menjadi magnet yang menarik untuk lagi-lagi menyambanginya. Lampion-lampion bunga
permanen menghiasi pojok tenggara alun-alun ini menjadi point of interest bagi
pengunjung alun-alun ini, selain juga tulisan besar “Magelang” disisi timur dan
patung Pangeran Diponegoro ukuran raksasa di belakangnya. Di pojok tenggara alun-alun,
sebuah kelenteng Liong Hok Bio yang menambah keindahan suasana malam di
Magelang ini.
Malam ini saya
menyempatkan diri bersama teman untuk menikmati Bakmi Jawa yang berada di ujung
barat, dekat dengan tower air. Hujan memang kondisi yang kurang bersahabat
dengan para pedangan kuliner disini, karena pengunjung berkurang banyak. Karena
hal tersebut maka kami cukup waktu luang untuk berbincang dengan para koki dan
pemilik kuliner di Tuin Van Java yang senang bercerita saat sepi pembeli ini.
Pak Hartono pemilik bakmi jawa tempat kami makan dan Pak Asrofi, tetangga kios dengan
menu ayam goreng dan bakar disampingnya cukup luang untuk menemani kami
ngobrol. Pas As banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya dari saat masih sengsara
ketika merantau di Jogja, hingga sekarang sudah mempunyai cabang ayam goreng/bakar
di pasar bandongan, dekat dengan rumahnya. Beliau bercerita tentang pembangunan
pusat-pusat kuliner di Magelang ini juga.
Dari Pas As saya
baru tahu jika ada beberapa pusat kuliner yang dikondisikan oleh pemkot
Magelang. Selama ini yang saya tahu hanya di Tuin Van Java, alun-alun Magelang
ini, dan Kartika Sari yang berada di ujung utara kompleks Akmil. Menurut cerita
Pak As paling tidak ada 8 pusat kuliner yang sudah dikondisikan oleh Pemkot.
Selain dua tempat tadi, masih ada di Taman Badaan, Kuliner Sejuta Bunga di
sepanjang jalan Jendral Sudirman, Puri Boga Kencana, Sigaluh, Jendralan dan Daha. Zona-zona kuliner juga sudah dikondisikan
sedemikian rupa. Untuk mereka yang berkantong tebal, Kartika Sari bisa menjadi
pilihan, bagi mereka yang menginginkan kelegaan, Tuin Van Java lebih cocok.
Kuliner Sejuta Bunga, sepanjang pertokoan jalan Sudirman serasa kuliner malam
di Jogja karena sebagian besar lesehan di emper toko. Selain pusat-pusat
kuliner tadi masih ada beberapa tempat makan “klangenan” yang menjadi tujuan
terutama untuk bernostalgia seperti tahu kupat warung pojok di ujung barat daya
alun-alun magelang ini. Kembali ke menu
makan malam kami, Bakmi Godok Pak Hartono. Mencicipi nikmatnya bakmi jawa Pak
Hartono yang asli gunungkidul ini merupakan ketidaksengajaan. Waktu itu kami biasa
makan ayam bakar madu di ujung timur, namun karena terlalu malam warung tutup,
yang masih buka salah satunya adalah bakmi jawanya Pak Har ini.
Saat mie godok
sudah disajikan, bau uapnya ternyata cukup menggugah selera. Mie sajian Pak Har
ini mempunyai ukuran yang lebih besar dari biasanya, jarang bahkan sulit menemukan
yang seukuran ini. Menurut Pak Har, bakmi ini produksi lokal yang tidak
menggunakan bahan pengawet, sehingga hanya tahan untuk 10 jam saja. Ketika
mencicipi kuahnya yang kental, rasa bumbu alami sungguh nikmat. Pak Har
bercerita bahwa ia memang menggunakan micin, namun hanya sedikit, sehingga bagi
lidah kami tidak terdeteksi. Ia juga memasak satu persatu pesanan pelanggannya
dengan takaran bumbu yang sempurna. Memang dengan cara demikian akan lama
menunggu jika kita datang berombongan, namun rasanya benar-benar nikmat. Kuliner
Tuin Van Java sudah buka sejak pagi hari, namun dibagi menjadi 2 shift. Pedagang
akan bertukar tempat sekitar jam 16.
ConversionConversion EmoticonEmoticon