">
Lazada Indonesia

Menikmati Nyamannya Permadani Rumput di Keheningan Pantai Watulumbung



Watulumbung, berasal dari kata watu yang berarti batu, dan lumbung yang berarti tempat penyimpanan gabah atau pangan. Pantai ini memang mempunyai pulau yang menyerupai bangunan serupa lumbung. Pantai ini terpencil meskipun pulaunya terlihat dari kejauhan kala kita bersantai di pantai Wediombo. Pantai ini berada di desa Jepitu, Girisubo, Gunungkidul, Yogyakarta. Koordinat tepatnya berada pada -8.185946, 110.700308. Watulumbung memang masih alami, sealami (baca: masih belum dibangun/diaspal) jalanan yang menuju kepadanya. Berkendara kepantai ini dikala musim hujan membutuhkan skill dan keandalan kendaraan anda.
Jika musim kemarau memang tidak begitu masalah. Jalanan yang masih alami ini sepanjang kurang lebih 2 km dari jalur jalan utama. Beberapa memang sudah di corblok oleh penduduk setempat. Namun demikian, hanya cukup satu jalur mobil untuk sekali jalan, sehingga jika ada 2 mobil yang saling berseberangan akan sangat menyulitkan, demikian pula jika akan berputar arah. Berbeda jauh dengan saudaranya Wediombo yang berjarak sekitar 500m ditimurnya. Pantai Wediombo memang telah banyak mengalami pembangunan. Namun di tahun 2015 ini, Watulumbung masih belum terjamah oleh pembangunan, meskipun jalur jalannya sekalipun.
Untuk mencapai pantai ini, kendaraan dengan ground clearance rendah tidak disarankan untuk dibawa, baik pada musim kemarau, apalagi pada musim penghujan. Hanya kendaraan dengan double gardan yang mungkin bisa dibawa untuk kedua musim, meskipun juga butuh perjuangan untuk sampai kelokasi. Jalur jalan menuju kepantai ini ada 2, yang satu dari arah Pantai Siung, jauh sebelum mendekati parkiran Wediombo, pada suatu tanjakan pada koordinat -8.176215, 110.696496 silahkan berbelok kekanan, memasuki jalan cor blok. Ada petunjuk kecil yang sepertinya dibuat penduduk setempat yang tidak akan terlihat jika anda berkendara cepat. Jalur kedua adalah sekitar 1 km sebelum mencapai parkiran pantai Wediombo. Kedua jalur ini nantinya juga akan bertemu di satu titik yang membawa ke Watulumbung. Dari titik temu ini masih ada satu pertigaan lagi. Ambil jalur kekiri atau menurun. Dari titik ini jarak tempuh kurang 1 km mencapai area tempat parkir.
Perjalanan terberat mulai dari titik ini. Hal ini karena ada sebuah turunan yang rusak begitu juga bagian bawahnya berlumpur, sehingga akan sangat menyulitkan untuk dilewati kala musim penghujan. Sebuah bukit batu disisi kanan cukup menimbulkan tanda tanya. Bukit ini berbeda dengan bukit-bukit sekitarnya yang merupakan tumpukan batu-batu karang. Bukit batu ini begitu menghitam, persis seperti susunan batu yang berada di gunung berapi purba Nglanggeran. Mungkinkan bukit hitam diatas Watulumbung ini memang satu jalur dan sejarah dengan gunung berapi Purba Nglanggeran yang jaraknya masih puluhan kilometer dibarat lautnya.
Pemandangan yang indah lainnya adalah (seperti) ditemukannya sebuah telaga diantara perbukitan pantai selatan. Telaga yang begitu luas dan jernih berlimpah airnya. Telaga ini tak lain adalah kawasan pantai Wediombo yang terlihat memang persis seperti telaga dari jalur jalan sekitar 150 meter dari titik terakhir kendaraan bisa melintas menuju pantai Watulumbung. Pemandangan ini muncul dari titik rendah sebelum jalan naik ke puncak terakhir yang merupakan pelataran (yang dapat digunakan untuk) parkir di Pantai Watulumbung.
Wediombo yang memang merupakan sebuah teluk, dibatasi didepan oleh 2 puncak bukit dikiri dan kanan, dan dibagian belakang juga bukit yang membatasinya dengan pantai Jungwok. Hanya ombaklah yang menghilangkan kesan bahwa itu merupakan sebuah danau atau telaga. Sunrise mungkin akan terlihat begitu indah dari titik ini.
Pantainya mana? Batu Lumbungnya mana? Persis... pertanyaan itu yang pertama kali muncul kala sampai di hamparan luas terakhir dimana kendaraan tidak bisa lanjut lagi. Untunglah waktu itu ada beberapa orang penduduk setempat yang sedang beristirahat dibawah bayangan pohon jambu di lokasi dan kami bisa bertanya. Ternyata memang pantainya tidak atau belum terlihat dari lokasi ini, namun sudah dekat (menurut mereka). Berjalan agak maju sedikit, barulah terlihat pucuk dari 2 buah bukit karang, icon dari Watulumbung. Kelihatannya memang dekat. Menyusuri jalan setapak diantara ilalang, ternyata jalur jalannya lumayan (agak) jauh. Disebelah barat dari Watulumbung ini terdapat sebuah tebing dan teluk yang lumayan indah terlihat.
Saya mencoba mencari jalur jalan kesana, ada sebuah jalan setapak yang ternyata menciutkan nyali karena selain terjal, rimbun, juga cukup jau berliku. Kami batalkan untuk melihat keindahan pantai ini dari dekat, dan fokus kepada tujuan utama, Watulumbung. Bapak-bapak yang kami temui di pelataran parkir tadi menyarankan kami untuk tidak mendekat dan menyeberang ke Batu Lumbung tersebut karena gelombang memang agak pasang, cukup berbahaya bagi yang tidak hafal dengan karakter pantai selatan. Persis diatas Watulumbung, baru kami sadar dan lihat, ternyata jalur turun ke Watulumbung pun cukup curam dan berliku hanya berupa jalan setapak.
Namun demikian terlihat lebih mudah dari jalur jalan di ke pantai sebelah baratnya karena jalur ke Watulumbung tidak tertutup rerimbunan semak belukar. Terlihat indah, tapi langsung menyiutkan nyali yang sudah kelelahan.
Jangan menyerah ketika sudah sampai disini, saran saya memang 2 hal wajib dibawa. Satu "walking stik" atau tongkat untuk membantu agar tidak terpeleset dan lebih pede menuruni tebing, yang kedua adalah minum, karena nanti pasti akan kehausan, dan jika sudah sampai dibawah, akan merepotkan jika kehausan, karena hanya ada air asin di pelataran rumput bawah. Dari jalan setapak berliku ini, pemandangan ke Watulumbung sudah sangat bagus. Hamparan rumput sudah terlihat diantara 2 pohon cemara udang yang menaunginya, memberi kesejukan.
Coba sebutkan dipantai mana saja anda menemukan rerumputan yang dekat sekali dengan pantainya? Dan disini salah satunya, terlebih dibawah kerindangan pohon dan diapit oleh dua bukit. Pantai ini serasa pantai pribadi.
Dari jejak air, sepertinya pantai ini menjadi jalur pelimpahan yang dilewati air hujan untuk turun ke laut. Ada semacam bekas sungai kecil yang sepertinya jarang dilewati air yang besar berada di celah lembah bukit sebelah kiri. Ketika sampai dibawah, lelah dan kesejukan, langsung menggoda untuk merebahkan diri di hamparan rerumputan yang segar, dibuai oleh hembusan angin laut langsung dari samudra Hindia, sembari mendengar debur ombak. Hmmm... sebaiknya jangan membayangkan cerita saya, tapi rasakan sendiri kesini.
Jalan yang berat, baik ketika masih berkendara, maupun ketika sudah menapaki jalan setapak, terbayar dengan keindahan, kesegaran dan kedamaian tempat ini. Apalagi kalau menikmatinya sama orang terkasih... wuuushhhh... tapi jangan berpikiran ngeres yaaaa.. ha..ha..ha..
Jangan lupa bawalah kenangan anda dalam foto sebagai bukti juga bahwa anda pun pernah sampai kesini. So guys... kapan lagi mau menapaki kesegaran alaminya Watulumbung ini, jangan kalah cepat dengan investor atau geliat masyarakat sekitar yang mungkin akan mengurangi keheningan dan kenyamanan pantai bak pantai pribadi ini. Mungkin akan lebih mudah dan nyaman untuk mencapai, mungkin akan lebih mudah mendapat fasilitas dan makanan, tapi mungkin juga akan berkurang rasanya menikmati Pantai ini.


Previous
Next Post »
Lazada Indonesia
show_ads.js">