">
Lazada Indonesia

Embung Batara Sriten, Penampungan Air di Puncak Tertinggi Gunungkidul

Penampungan air pada umumnya didaerah yang rendah, berupa telaga. Namun demikian, ada penampungan air lain yang disebut embung, biasanya untuk pengairan pertanian dan terletak di ketinggian-ketinggian bukit. Embung yang pernah saya ulas adalah embung Nglanggeran di seputaran gunung api purba Nglanggeran, yang juga memotong sebuah bukit. Embung yang satu ini juga dipuncak bukit, bahkan konon merupakan puncak tertinggi di kabupaten Gunungkidul.
Embung Batara, terletak di desa Sriten, Pilangrejo, Nglipar, Gunungkidul. Lokasinya berbatasan dengan Klaten disisi utaranya. Saat berkunjung kelokasi, tercatat di digital altimeter saya ketinggian 853 m dpl. -7.832155, 110.631870. Lokasi ini jika dilihat dari atas, memang tepat dibibir jurang disebelah utara dan baratnya. Embung Batara akan digunakan untuk mengairi agrowisata manggis dan klengkeng. Saat ini memang perkebunan ini belum terasa dan terlihat hasilnya. Embung ini tidak digunakan untuk memelihara ikan karena akan merusak geo membran atau lapisan seperti plastik dari bahan HDPE yang digunakan sebagai alas dari kolam raksasa ini.
Mungkin karena ketinggiannya ini, pada saat kunjungan pertama hobbyklayapan yang kesorean sampai lokasi, kabut tebal menutupi area ini dengan jarak pandang tidak lebih dari 10m. Lokasinya sendiri berada pada koordinat 
Jalan berliku menuju Sriten ini hampir pasti akan membuat bingung arah mata angin bagi pengunjung, terbukti sampai di puncak, tim hobbyklayapan sempat menyaksikan matahari terbenam disisi selatan :D. Setelah dipikir, embung yang berbentuk bumerang ini menghadap ketenggara, karena matahari berlawanan arah dengan posisi terbenamnya matahari bulan Juni ini. Pada awalnya kami berdua merasa bahwa embung menghadap keutara.
Jalur untuk mencapai Embung Batara bisa melalui cawas dari arah utara dan timur dan Sambipitu-Nglipar dari jalan Wonosari. Pada koordinat -7.860180, 110.641332, tepatnya didekat Puskesmas Pilangrejo, kedua jalur tersebut akan bertemu. Ambil jalan naik yang berupa jalan aspal yang sempit untuk menuju ke Embung Batara. Ada petunjuk jalan dipasang disini, namun masih kecil, belum permanen seperti yang dibuat oleh DLLAJR. Dari titik ini jalan aspal hanya bertahan sekitar 1,4 km, setelah itu disambung dengan corblok yang juga sudah mulai rusak. Setelah 3,8 km dengan jalan menanjak, berkelok dan rusak (paling tidak sampai juni 2015) ada pertigaan dan ambil jalur kekiri.
Dari sini, jalan mulai banyak landainya sampai pos jaga, yang berada sekitar 1,5 km dari pertigaan ini. Dari pos jaga ini jalan benar-benar baru, masih berupa tatanan batu putih yang diurug tanah, sehingga ketika musim hujan ini urukan tanah terbawa aliran air tinggal terlihat bebatuan yang ditata, sehingga cukup menyulitkan pengguna jalan untuk menguasai kendaraanya. dari Pos jaga ini jalan baru sampai ke tempat parkir masih sekitar 1,3 km. Tempat parkir yang merupakan pelataran embung ini cukup luas, bisa menampung puluhan motor dan mobil dan sudah dilapisi konblok. Sekarang pelebaran dan perbaikan jalan sedang dikerjakan, terutama pada 3 km menjelang puncak.
Sebelum meluangkan waktu untuk menikmati indahnya alam Gunungkidul di Sriten ini, pastikan kondisi kendaraan anda, baik roda dua maupun roda empat dalam kondisi prima. Semua jenis bus dari kecil sampai besar tidak disarankan digunakan untuk menuju lokasi ini, kecuali memang akan untuk shooting extreme trip sebagai property utama. Tanjakan tajam memang memaksa kendaraan untuk oper persneling satu, itu pun kadang harus main setengah kopling. Belum lagi dengan kombinasi tikungan di paling tidak 2-3 titik. Selain kondisi mesin prima, kondisi ban dan rem juga harus sempurna. Hati-hati bagi pengguna matic, karene selain engine brake yang kalah dengan bebek, juga karena rodanya yang lebih kecil sehingga cukup menyiksa pengendara dan pemboncengnya.
Dibelakang embung ini memang masih ada puncak yang lebih tinggi, menyatu dengan kompleks embung. Orang-orang menamakannya puncak tugu Magir. Pemandangan yang terbagus justru dipuncak ini. Sejauh mata memandang 360' tidak ada penghalang. Disebelah utara terlihat jelas Rowo Jombor yang berjarak hanya sekitar 5km garis lurus. Disisi timur, jika pagi hari yang cerah, sunrise akan terlihat indah menyembul dair bayangan waduk Gajah Mungkur. Untuk sunset, jelas terlihat indah matahari yang tenggelam dideretan pegunungan Batur Agung. Namun sayang saat hobbyklayapan berkunjung kesini, langit serasa tertutup kabut tipis yang menghalangi jarak pandang nun jauh kesana. Kota jogja beserta Gunung Merapinya juga terlihat dari titik ini, demikian pula Klaten yang hanya berada diutara dari Rowo Jombor.
Di puncak ini terdapat sebuah petilasan berbentuk makam tunggal. Penduduk sekitar mengenalnya sebagai makam tiban. Menurut cerita, makam ini merupakan petilasan dari Syeh Wali Jati. Syeh Wali Jati dipercaya muksa di puncak ini. Beliau masih kerabat dari Sultan pada jamannya. Hobbyklayapan belum menemukan keterangan lebih lengkap tentang siapa sebenarnya Syeh Wali Jati ini.
Di Puncak ini pula juga digunakan sebagai site off untuk olahraga paralayang. Tercatat klub AangSky dari Jogja pernah menjajal kenikmatan meluncur dari puncak Magir ini. menurut mereka meluncur dari puncak ini memiliki beberapa keuntungan dan dapat mencapai ketinggian 1500m di langit.
Sarana prasarana juga sudah lumayan tersedia di kompleks embung ini. Beberapa gazebo sudah berdiri di seputar embung dan sebuah dipuncak Magir, yang bisa digunakan untuk berfoto menikmati suasana sunrise maupun sunset sekaligus. Sebuah joglo besar untuk beristirahat dan berkegiatan beserta toiletnya juga sudah megah berdiri disebelah atas dari embung. Warung makan dan minum meski masih sederhana juga sudah ada di kompleks ini, sehingga cukup membantu bagi mereka yang lupa membawa bekal makan dan minum.

Untuk keterangan lebih lanjut bisa klik disini, merupakan situs yang khusus mengulas dan mengelola Embung Batara ini. Foto-foto lebih banyak dari Hobbyklayapan dapat dilihat disini
Previous
Next Post »
Lazada Indonesia
show_ads.js">