Jogja dan sepeda mempunyai sejarah dalam artian kenangan. Jogja pernah disebut kota sepeda. Dahulu, saat pagi dan sore, paling tidak dari arah barat dan selatan, dari arah Godean dan Bantul, pasti akan ditemui orang-orang yang menaiki sepeda. Kegiatan bekerja, bersekolah, menuju dan dari kota Jogja dikuasai oleh para pesepeda. Akhir-akhir ini juga banyak komunitas sepeda yang mulai mewarnai kehidupan di Jogja. Tidak ketinggalan, tim hobbyklayapan juga menikmati kegiatan yang pernah menjadi nafas kehidupan Jogja tempo dulu itu. Bedanya, saat ini kami menikmatinya untuk bersenang-senang, dahulu memang menjadi penunjang warga untuk berkegiatan, baik bekerja maupun sekolah.
Karena untuk bersenang-senang, maka tujuan yang kami pilih juga tempat untuk bersenang-senang, menikmati segarnya udara, indahnya pemandangan, dan sejuknya angin menerpa badan, yang tentu saja panas berkeringat setelah lelah bersepeda. Lokasi kali ini memang lumayan ekstrem, bahkan untuk kendaraan bermotor. Jalur yang kami pilih melalui tanjakan petir, menuju kawasan gunung berapi purba Nglanggeran. Tanjakan Petir ini merupakan jalur pintas dari arah Jogja menuju kawasan Gunung Api Purba (GAP) Nglanggeran. Tanjakan ini dapat dilalui jika dari arah Jogja menuju Piyungan, perempatan setelah SPBU Jogotirto belok kiri, kearah bukit yang terdapat banyak tower diatasnya.
Ikuti jalan tersebut sampai sekitar 2,6km setelah melewati jembatan dan jalan agak menikung kekanan. ada pertigaan. Jalur yang kekiri agak menurun, jalur kekanan menanjak. Jalur ke kanan inilah jalur tanjakan Petir. Jalur sepanjang 2,5 km ini akan bertemu dengan jalur dari Patuk yang menuju kearah GAP Nglanggeran, di titik sebelum bukit Ngoro-oro, bukit yang banyak terdapat tower rellay stasiun televisi.
Perjalanan bersepeda melewati tanjakan Petir tidak bisa dikatakan bersepeda bareng, tapi menuntun sepeda bareng. Hal ini karena meskipun sudah menggunakan gigi paling ringan dari sepeda gunung kami, ternyata tenaga kami tetap tidak mampu untuk mengayuh melewati tanjakan maut ini. Konon katanya pernah ada pesepeda yang turun tanjakan ini sempat tidak bisa menguasai sepedanya dan terjun masuk jurang. Hal ini kami buktikan ketika kami pulang melewati turunan Petir ini, ketika kami rem, ban belakang kami lebih sering agak terangkat tidak bisa menahan laju sepeda. Beberapa teman memilih menuntun kembali sepedanya meski tidak butuh tenaga untuk mengayuh, karena ngeri menaiki sepedanya saat turun melewati Petir ini.
Bagi kami yang amatir, tanjakan ini sempat membuat nafas tersengal-sengal dan degup jantung memukul-mukul dada, meskipun kami juga harus menyerah untuk mengayuh dan mengganti dengan menuntun.
Kenikmatan bersepeda baru terasa saat kami sudah melewati tanjakan Petir yang bagai petir menyambar jantung ini :D. Bersepeda di ketinggian pegunungan, dengan hawa segar dan pemandangan hijau menuruni tebing dan nun jauh dibawah sana cukup mengobati kelelahan kami selama berkayuh dengan peluh yang deras. Ada beberapa warung makan untuk tempat berhenti beristirahat sambil mengisi perut di area seputar Ngoro-oro ini. Setelah melewati Ngoro-oro, jalan menurun sampai menjumpai perempatan persis didepan bukit yang hitam menjulang. Bukit itulah GAP Nglanggeran. Untuk ke Kawasan Nglanggeran, terutama air terjun yang kami tuju, Kedung Kandang, kami memilih belok kekanan. Jalur lurus menuju daerah kecamatan Gedangsari, Nglipar. Jalur kekiri menuju Sleman kembali, tepatnya daerah Gayamharjo, yang tembus sampai ke kawasan industri SGM di Kemudo, jalan raya solo.
Jalur kekiri ini terdapat spot yang menarik juga, yaitu jembatan gantung tua didaerah Gembyong dengan ketinggian sekitar 30m didekat tempuran dua sungai yang membentuk air terjun juga. Arah hilir dari Jembatan Lemahbang ini juga terdapat Jurug Gedhe, atau Curug Gedhe.
Naik sedikit dari perempatan kearah kanan ini, pemandangan cukup menarik terlihat di arah kanan. Pemandangan itu adalah lembah persawahan terasiring, dengan bebatuan besar menyembul diantaranya dan berlatar belakang tower-tower rellay stasiun televisi yang bertebaran diatas bukit. Setengah kilometer dari titik ini, keramaian khas tempat wisata akan kita temui. Disinilah, seputaran pendopo Nglanggeran, pusat pengembangan wisata GAP Nglanggeran dilakukan. Tempat parkir sudah tersedia, demikian juga warung-warung makan, dan sarana pendukung wisata lainnya. Kami tidak berhenti disini, karena tujuan kami masih sekitar 1 km lebih jauh, yaitu kawasan air terjun Kedung Kandang.
Jalur masuk ke kawasan Kedung Kandang masih berupa jalan tanah dengan tatanan batu. Jika dari arah pendopo Nglanggeran, harus melewati (tidak memasuki) gerbang ke arah Embung Nglanggeran dahulu. Setelah jalan turun, dan kanan jalan ada lapangan, masuk kekanan setelah melintasi jembatan. 400m kemudian akan sampai kesebuah rumah penduduk dengan halaman yang lumayan untuk tempat parkir. Dari sini, kendaraan selain sepeda rasanya tidak mungkin untuk dibawa lanjut. Sepeda pun pada beberapa tempat harus dipanggul atau dituntun. Petualangan dimulai dari sini.
Perjalanan menyusuri jalan setapak dan pematang sawah dengan pemandangan lembah sungai tempat beradanya air terjun kedung kandang sungguh menyegarkan. Jalan lupa siapkan kamera mulai dari lokasi parkir ini, karena banyak spot yang bisa dijadikan sarana narsis atau berbagi tentang indahnya kawasan wisata GAP Nglanggeran ini. Salah satu spot yang tidak boleh terlewatkan adalah puncak Ngekong. Pemandangan dari puncak yang berupa tebing bebatuan purba ini pemandangan begitu mempesona. Terlihat jauh kearah tenggara, kemungkinan kota wonosari.
Paling dekat dibawahnya adalah lembah dengan aliran sungai tempat air terjun berada. Lembah ini penuh dengan terasiring persawahan. Perjalanan menyusuri bebatuan gunung berapi purba dan pematang sawah ini sekitar 1 km. Siapkan perbekalan terutama minum, karena hanya dijalan pulang setelah air terjun, ada penjualan makanan dan minuman.
Jika anda mempunyai walking stick, bawalah, karena akan sangat membantu terutama ketika menyusuri turunan terjal menyusuri bebatuan purba, mendekati aliran sungai yang berada dilembah.
Beberapa tempat bisa digunakan untuk beristirahat sambil menikmati keindahan alam. Pengunjung diberikan pilihan masuk dari arah atas air terjun atau menyusuri dari bawah. Namun demikian jalur yang dari atas air terjun sepertinya memang tidak disarankan, karenanya jalurnya tidak diperbaiki layaknya yang menyusuri dari hilir air terjun. Saran saya juga demikian, susurilah dari hilir, mengikuti pematang sawah yang menuju hilir dahulu. Ketika sudah sampai di aliran sungai, pengunjung harus menyusuri tepian badan sungai yang tidak dialiri air untuk menuju ke air terjun.
Dari sini kesegaran air untuk bermain juga sudah terasa (kecuali musim kemarau). Untuk pulang, kembali ke lokasi parkir, Pengunjung harus memanjat tebing disamping air terjun dan sudah dibuatkan tali dan undakan.
Air terjun ini memang terdiri dari beberapa teras. Masing-masing teras bisa untuk bermain dan berfoto. Meskipun tebing bebatuan lereng teras-teras ini tidak licin, tapi pengunjung tetap harus berhati-hati menjaga keselamatan diri dan pengunjung yang lainnya. Jalan pulang dari air terjun ke lokasi parkir memutar melalui sebelah barat sungai. Ketika datang dari arah tempat parkir, pengunjung menyusuri bagian atas ditimur sungai.
Jangan membuang sampah apapun terutama bekas makanan dan minuman secara sembarangan. Pengelola sudah menyediakan beberapa tempat sampah dijalur menuju dan pulang dari air terjun ini. Jika tidak menemukannya, bawa pulang kembali ke area tempat parkir.
Saat ini (musim kemarau) mungkin kurang banyak debit air di air terjun ini, namun saat pergantian musim menurut pengamatan hobbyklayapan merupakan saat terbaik. Saat itu debit tidak terlalu sedikit dan juga tidak meluap. Jika Pengunjung hendak kesini, satukan menjadi paket perjalanan ke puncak Nglanggeran, dan Embung Nglanggeran.
Saat ini (musim kemarau) mungkin kurang banyak debit air di air terjun ini, namun saat pergantian musim menurut pengamatan hobbyklayapan merupakan saat terbaik. Saat itu debit tidak terlalu sedikit dan juga tidak meluap. Jika Pengunjung hendak kesini, satukan menjadi paket perjalanan ke puncak Nglanggeran, dan Embung Nglanggeran.
Ada satu makanan yang mungkin dikembangkan menjadi oleh-oleh khas daerah ini. Oleh-oleh itu adalah Dodol coklat Nglanggeran. Daerah Nglanggeran dan sekitarnya memang terdapat banyak sekali kebun yang ditanami dengan tanaman coklat atau kakao. Jika waktu masih mencukupi, lanjut kearah sambipitu, maka kita dapat berkunjung ke pusat kerajinan batik kayu di dusun Bobung, Desa Putat, Kec. Patuk. jaraknya dari kawasan Kedung Kandang ini hanya sekitar 3km.
Sebuah warung sederhana, yang juga terlihat dari lokasi air terjun saat hobbyklayapan berkunjung terletak di jalur pulang ini. Meskipun menu sederhana yang disajikan, namun lumayan membanu bagi para pengunjung. Perlu diperhatikan agar selama mengunjungi tempat ini. Berikut kami sertakan beberapa fotonya. Koleksi foto lebih lengkap dapat dilihat di fanpage hobbyklapan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon