Menjelajah indahnya pulau jawa yang merupakan pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia sepertinya tidak akan ada habisnya dan tidak akan bosan. Bayangkan keindahakan lain diluar jawa yang masih belum begitu banyak penduduknya, pastilah masih lebih banyak tempat alami dengan keindahannya masing-masing. Kali ini kita mencoba menjelajah bagian selatan pulau jawa, tepatnya didaerah Pacitan, ujung barat dari Jawa Timur.
Daerah pantai dengan karang yang bukan merupakan muara dari sungai besar, biasanya adalah pantai dengan pasir putihnya yang indah. Demikian pula pantai Klayar ini. Pantai ini terletak di dusun Kendal, desa Sendang, kecamatan Donorojo, kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Pantai ini lumayan tersembunyi, baik karena mungkin jarang dipublikasikan, namun juga karena medan untuk mencapai lokasi ini lumayan jauh dan agak sulit, terutama akses jalan di dusun terakhir sekitar 1 km menjelang pantai. Tanjakan dengan tatanan bebatuan yang tidak rata dan rapi, serta mungkin kontur tanah yang labil, membuat tanjakan ini merupakan handicap terberat untuk mencapai pantai ini.
Paling berbahaya jika turun hujan atau habis turun hujan, karena bebatuan putih sebagai landasan jalan ini dipadu dengan tanah liat yang melekat padanya merupakan jalanan yang sangat licin, dibutuhkan konsentrasi ekstra untuk melewati tanjakan ini.
Selain itu, turunan terakhir di bibir pantai yang tajam dan berkelok juga membutuhkan kehati-hatian pengendara karena lapisan aspal disini sudah banyak berlubang, dan jika kurang hati-hati dapat tergelincir bebatuan yang lepas dari aspal yang mengelupas tersebut. Jika sampai terjatuh, dipastikan baru akan berhenti ketika sudah sampai bawah, karena begitu terjalnya tanjakan ini.
Tahun 2014 ini sarana jalan ini sudah diperbaiki sehingga akses sampai pantai sudah mulus. Pengunjung pantai ini jauh berlipat dari awal sejak pertama kali saya menginjakkan kaki pertama kali di pantai ini. Puluhan pedagang bermunculan, sehingga sedikit mengurangi kealamian dari pantai ini. Persewaan sarana wisata semisal ATV (all terrain vehicle) juga sudah mulai ada.
Untuk bermalam di pantai ini pun tidak ada fasilitas penginapan, hanya ada sebuah bangunan permanen tanpa dinding, yang biasa dipergunakan oleh penduduk sekitar untuk berjualan makanan kala siang, dan beberapa gubuk. Namun bagi pengunjung yang memang tidak mempermasalahkan berbagai fasilitas ini, merupakan hal yang sangat menguntunkan, karena kala malam begitu sepi, hanya ditemani dengan suara deburan ombak, dan ada tanah lapang di pinggir pantai yang bisa untuk mendirikan tenda. Jika tidak, kita bisa tidur di bangunan atau gubuk beralaskan tikar yang tentu saja harus dibawa dari rumah atau kursi kayu panjang yang bisa dijajar sebagai alas tidur.
Keindahan pantai ini sepertinya memang akan lengkap dinikmati kala kita meluangkan waktu untuk bermalam di pantai ini. Jika beruntung, maka malam hari kita bisa menikmati indahnya bintang bertaburan dilangit, tanpa pancaran lampu disekeliling kita, ditemani suara deburan ombak, dan kadang muncul keheningan, kala ombak serasa berhenti sebentar menghantam pantai.
Pesona itu akan bertambah lagi saat pagi hari. Ketika bangun tidur serasa di pantai milik pribadi, karena belum ada pengunjung sama sekali. Kita bisa berolahraga pagi mendaki bukit disebelah barat pantai dengan menyusuri jalan setapak yang ada. Ketika sampai diatas kita akan disuguhi dengan pesona matahari yang baru muncul dari peraduannya, sembari dibelai segarnya angin laut yang masih segar.
Saat sinar matahari sudah menyapu hamparan pasir putih, sungguh pemandangan yang mengagumkan. Pasir putih yang bersih seperti memancarkan keindahannya, apalagi belum ada satupun bekas tapak kaki yang merusak mulusnya hamparan pasir yang masih bersih itu. Kadang kala kita juga akan menemui burung laut yang sedang terbang dan meluncur untuk berburu ikan.
Saat matahari sudah mulai merambat naik, jalan-jalan di hamparan pasir merupakan hal yang sangat menggoda untuk dilakukan. Pantai Klayar sendiri seperti terbagi menjadi 2 buah pantai yang masing-masing mempunyai karakter sendiri yang berbeda. Di sisi sebelah barat, pantai yang terhampar luas itu memiliki ombak yang tidak begitu besar, dengan pasir putih yang disambung dengan batuan yang sepertinya bukan karang, namun lebih mirip batu cadas. Beberapa batuan yang terlihat menyembul memang tidak tajam seperti yang kita temui di pantai karang, namun malahan seperti bongkahan-bongkahan yang rata, sehingga enak untuk duduk diatasnya.
Agak menjorok ke darat, terdapat sebuah aliran sungai kecil yang airnya terbendung oleh gundukan pasir putih, sehingga membentuk sebuah laguna kecil yang jernih kehijauan oleh pantulan pepohonan disampingnya. Namun kadang dengan cepat, kala ombak besar datang, bendungan di laguna kecil ini jebol dan mengalirkan airnya ke laut. Bagi keluarga dengan anak kecil, bermain di laguna yang beralaskan pasir putih ini merupakan pilihan terbaik untuk mengurangi bahaya dibandingkan jika bermain air langsung dengan ombak di pantai.
Laguna ini sendiri dibatasi oleh sebuah tebing yang ditumbuhi pepohonan dan digunakan oleh kelelawar dan burung pantai untuk membuat sarangnya. Sedikit areal persawahan yang ditanami padi dan palawija juga ada dipinggir pantai ini, mungkin mirip suasana pantai di Bali.
Pada pantai sebelah timur, yang dibatasi oleh semacam pulau kecil dari batu cadas dengan pantai barat, memiliki karakter yang sangat berbeda dengan pantai sebelah barat. Pantai ini tidak selebar pantai sebelah barat, bahkan jauh lebih sempit, namun menjorok kearah laut dengan dibatasi pelataran cadas di kiri dan kanannya, sehingga ombak yang menuju pantai seperti terkumpul dan membentuk gelombang ombak yang lumayan besar, mungkin ketinggiannya rata-rata 2 meter (jika gelombang kecil).
Kedalaman pantai timur ini juga mungkin lumayan dalam, karena dilihat dari warna airnya yang lebih gelap. Hal yang menarik dari pantai timur ini adalah bahwa hempasan ombak yang menyapu pasir pantai, seperti terserap oleh halusnya pasir putih pantai ini, tidak memecah, namun seperti lenyap begitu saja. Titik paling bahaya dari Pantai Klayar ini memang ada di pantai yang sebelah timur ini. Disarankan jangan mencoba untuk bermain ombak di pantai timur ini. Selain itu juga sering terjadi kecelakaan di pulau cadas kecil yang membatasi pantai timur dan barat ini. Banyak orang yang tergoda untuk berfoto-foto di hamparan batu cadas ini, namun sering tidak menyadari bahayanya. Tiba-tiba saja ombak bisa datang dan meloncati batuan cadas dipulau ini dan menghempas siapa saja yang berada disekitarnya. Hal ini sering terjadi karena kita tidak bisa melihat datangnya ombak besar yang menghempas cadas ini, namun tiba-tiba saja ombak sudah melompati hamparan cadas disisi pulau kecil ini.
Paling menarik bagi saya yang ditemukan di pantai ini adalah air yang memancar dari celah-celah batuan cadas keatas, seperti ketika kita melihat semburan air dari ikan paus yang sedang bernafas. Disebelah timur dari pantai timur ini terdapat sebuah gugusan batu cadas yang banyak orang melihatnya seperti sebuah kapal selam yang sedang bersandar. Jika kita menyusuri pelatarannya dan memanjat ke pelataran sebelah timur, maka kita akan menemui sebuah rekahan kecil di pelataran yang cukup luas tersebut. Pelataran ini bagian selatannya langsung berhadapan dengan jurang laut. Jika musim gelombang besar, air laut sering sekali menjangkau pelataran ini sehingga cukup berbahaya untuk naik dan berjalan-jalan di pelataran ini.
Saat gelombang pasang, kita hanya bisa melihat indahnya pancaran air ini dari atas tebing disebelah utara pelataran ini. Untuk naik ke tebing diatas pelataran ini, kita perlu menyusuri “benteng” berupa jajaran pohon pandan yang tumbuh subur dibelakang pantai timur. Di satu titik akan ditemukan celah yang bisa dilewati, kemudian harus menyusuri tebing menjauhi pantai dengan hamparan rumput di kiri kanannya. Ketika sampai ujung tebing, kita harus berbalik arah mendekati pantai dan melintasi padang rumput yang lebih tinggi lagi diatas tebing, mungkin setinggi perut orang dewasa. Mendekati ujung tebing, kita akan jumpai rumput yang berbeda yang berwarna merah, sungguh merupakan bonus pemandangan yang jarang kita lihat. Di ujung tebing tersebut kita bisa melihat indahnya semburan air di pelataran yang ada dibawah kita. Sedangkan disebelah kanan, hamparan indahnya pantai pasir putih, dari pantai timur dengan ombak besar sampai ujung pantai barat yang dihiasi dengan banyaknya pohon nyiur memaksa kita untuk hening sebentar mengagumi keindahan alam ini.
Fasilitas MCK di pantai ini memang sudah dibangun, termasuk mushola. Untuk mengisi bak airnya, masih perlu menimba air langsung dari sumur yang ada dibelakangnya karena belum adanya listrik masuk ke pantai ini untuk menggerakkan pompa air. Namun tidak perlu repot-repot menimba air, kecuali bagi mereka yang ingin bernostalgia dengan alat sederhana untuk mengambil air dari sumur ini. Biasanya ada penjaga yang menimbakan air untuk mengisi bak air di kamar mandi ini, paling sering adalah Bapak Wakijan, yang sekaligus juga sebagai orang yang dituakan yang menjaga pantai ini, atau semacam juru kuncinya. Jika malam hari ada yang bermalam pun kadang beliau menjenguk ke pantai atau menemani jika diperlukan untuk berjaga bersama di pantai Klayar ini.
Untuk menjangkau pantai ini, bisa dilakukan dari arah Pacitan atau Wonogiri, kemudian berbelok di pasar Punung, kearah Kalak, searah dengan tempat wisata Goa Gong. Dari perempatan ke Goa Gong, kita masih harus menempuh route lurus dengan jarak sekitar 15 km lagi untuk mencapai pantai ini. Di Pertigaan Kalak, kita ambil jalur ke kiri, demikian juga di pertigaan pasar Kalak. Jika masih bingung, kita bisa bertanya pada orang di Kalak, hampir semua orang disini pasti sudah tahu Pantai Klayar.
mulusnya jalan di perbatasan jatim-jateng
Jika dari arah Yogyakarta, kita bisa menempuh jalur Wonogiri tadi, atau juga bisa melalui jalur alternatif melewati Wonosari – Pracimantoro – Perempatan Giribelah ambil lurus menuju Jalur Jalan Lintas Selatan. Setelah memasuki Jawa Timur kita akan menikmati jalan yang mulus, luas dan sepi. Dari sini kita bisa mengambil jalur kanan ketika sampai di SD Sukodono I, yagn langsung tembus ke Kalak. Jalur lain melewati Goa Tabuhan – Goa Gong – Kalak. Bagi yang menyukai petualangan ekstrem mungkin tidak masalah melalui jalur SD Sukodono ini tadi, karena lebih dari separuh jalan bisa dikatakan rusak parah, dan perlu kehati-hatian ekstra untuk sampai di Kalak. Memang jalur ini paling dekat, namun akan lebih cepat sampai jika kita melewati jalur Goa Tabuhan – Goa Gong.
Nah, sudah siapkah anda menikmati keindahan surga yang tersebunyi ini…?
Mungkin sekaranglah saatnya untuk berkunjung kesana, selagi pantai ini memang belum benar-benar dikomersiilkan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon